Selamat Jalan Mas Robby

“Dicabut nyawa…. dimanapun rasanya sama-sama menyakitkan, di atas kasur sutra maupun jatuh ke jurang yang terjal sampai badan hancur…..”.  Kamis pagi jam 07.00, 21 Juli 2005, kami semua terhenyak mendengar berita bahwa Mas Robby dan Harcus tidak pernah kontak lagi ke tower Abdulrahman Saleh selepas airborne pukul 05.10. Padahal belum usia kegembiraan kita bersama setelah sehari sebelumnya, kami juga ikut memeriahkan Latihan Puncak di satuan Mas Robby. Berikutnya suara helikopter SAR meluncur dari berbagai satuan untuk mencarimu. Semua orang, seluruh prajurit Angkatan Udara, bahkan Kepala Staf sendiri mengkhawatirkanmu. Kami semua tak peduli apapun yang terjadi dengan Si Bronco, yang terpenting segera mendapatkanmu kembali, harapannya dalam kondisi tak kurang suatu apapun.

Setiap jam, setiap saat, kami yang jauh dari tempatmu menghilang, selalu menanyakan khabar dan perkembangan keadaanmu. Rasa cinta dan sayang seorang sahabat, kolega dan yunior, yang tak pernah dibuat-buat. “Semua tim SAR baru bergerak…. belum ada saksi…..  semua tim bergerak menuju lereng gunung Semeru…. Masih dalam hutan nih, nggak tahu namanya hutan apa….. “ inilah jawaban yang diterima dari ratusan dering telepon dan ribuan sms yang mengkhawatirkanmu.

Mas, semua penerbang Angkatan Udara, yang pernah bertemu denganmu pasti enjoy dengan attitude-mu. Kami masih ingat betapa hebohnya Mas Robby bercerita bagaimana menghindar dari Tsunami, saat Flight OV-10 diperbantukan untuk operasi keamanan di Sabang. Dengan seriusnya Mas bercerita bahwa Mas menyelamatkan diri dari Tsunami dengan berpegangan pucuk daun kelapa. Padahal itu hanyalah sedikit banyolanmu yang memang sering membuat kami tertawa.

Hari berlalu, tiada juga ada khabar tentang Mas Robby. Kami senantiasa berdoa agar Mas berada dalam kondisi yang aman. Dalam sujud doa, kami mencoba mendahului takdir Illahi. Kami membayangkan Mas Robby dan Harcus sedang duduk-duduk di dekat pesawat yang rusak berat karena melaksanakan pendaratan darurat. Mas dan Harcus dalam keadaan sehat wal’afiat walaupun nampak letih.  Kami mempertahankan khayalan doa itu seteguh batu karang. Dengarlah dunia……Innalillahi wa innalillahi Roji’un…Semua yang asalnya datang dari Tuhan akan kembali kepada Tuhan. Jum’at sore, setelah hampir dua hari tanpa khabar, kami menemukan Mas dan Harcus telah pergi ke haribaan Illahi. Kami sungguh sedih, walaupun dalam kamus penerbang tempur, kita tidak pernah ada istilah ini.

Mayor Pnb Robby Ibnu Robel, alumnus AAU 1993 kelahiran Jakarta 27 Maret 1971, adalah pribadi yang santai dan humoris. Beberapa orang di skadron sering berkelakar “Sejak bayi pun kalau Robby diajari terbang, pasti langsung bisa.” Ini apresiasi dari kemahiran Mayor Robby dalam terbang sekaligus komitmennya terhadap tugas, dimana diperintah terbang untuk misi apapun, pasti siap mengerjakan. Setelah ribuan jam terbang dilaluinya bersama OV-10 Bronco, ia sempat 1,5 tahun menjadi instruktur Sekolah Penerbang TNI AU. Ia gugur saat menerbangkan OV-10 nomor seri TT-1011,  bersama kopilotnya Lettu Pnb Harcus Adya, alumnus AAU 2001. Ayahanda Harcus, Mayor Pnb Suharyono, juga gugur dalam tugas penerbangan Angkatan Udara.

Mungkin Mas Robby adalah setitik bagi dunia. Namun Mas adalah mutiara bagi kami penerbang Angkatan Udara. Kamipun yakin akan kekuatan doa. Kini Mas pun sedang duduk-duduk bersama Harcus dalam keadaan sehat wal’afiat, walaupun sedikit letih dengan perjalanan jauh. Tapi Mas tidak lagi di dekat Si Bronco, tapi di Surga Tuhan yang kekal. Selamat jalan Mas Robby, rest in peace, kini engkau telah menjadi pahlawan hati setiap penerbang tempur Angkatan Udara….!

Kapten Pnb Budhi Achmadi, Penerbang F-5E/F Tiger, Yunior dan Kolega Almarhum.

5 tanggapan untuk “Selamat Jalan Mas Robby

  1. ndan, klo ov-10 bronco sdh di grounded, trus kesibukan para pilotnya apa, …kisah pesawat coin yang lincah berakhir tanpa regenerasi

  2. saya di besarkan di lingkungan lanud pun dapat merasakan kesedihan yang mendalam yang menimpa kita kelaurga besar tni au dalam setiap kejadian kecelakaan pesawat..entah berapa lama perasaan itu akan selalu hadir mengingat mereka semua adalah pribadi yang istimewa.
    saat ayah harcus crash di makassr klo gak salah pesawatnya take off dari lanud WMI dan beberapa saat kemudian ada kabar kecelakaan,saat itu saya masih SD..

  3. Mas Budhi…. Terimakasih atas tulisan mas yg sangat indah terhadap Alm… Sayang sekali sy baru melihat tulisan ini… Kenangan itu rasanya baru terjadi kemarin untuk kami.. Skg anak2 sdh besar.. Si sulung Vito sdh berumur 11 th dan Adrian si bungsu 10 thn.. Kami sdh berada di Yogyakarta lg stl hmp 5 th tinggal di Sydney.. Rasanya sgt bahagia kami bisa mengunjungi pusaranya lg untuk memanjatkan doa untuknya… Hidup tetap berjalan, mudah2an anak2 dpt menjadi penerus kebanggaan alm papanya dan dpt menuruni jiwa patriotismenya utk mjd seseorang yg mrk inginkan yg dpt membawa dan menjaga nama agama, keluarga dan bangsa.. Amin

Tinggalkan Balasan ke wisnu Batalkan balasan