Sejarah Pasukan Baret Jingga

Embrio Paskhas terbentuk mulai bulan Juli 1947,  saat Gubernur Kalimantan Ir. Pangeran Mohamad Noor mengirim surat kepada KSAU agar menerjunkan pasukan payungnya di Kalimantan.   Hal ini mendapatkan sambutan positif dari KSAU, yang langsung memerintahkan prajurit-prajurit AURI asli Kalimantan yang mengungsi ke Jawa untuk ikut dalam misi tersebut.   Jumlah anggota yang dilatih adalah 12 prajurit asal Kalimantan dan 2 prajurit asal Jawa.  Ditunjuk sebagai komandan adalah Mayor Tjilik Riwut. 

 

Mengingat singkatnya waktu persiapan, para prajurit hanya mendapatkan latihan di darat.   Pesawat RI-002 yang membawa mereka segera berangkat pada pagi hari tanggal 17 Oktober 1947, dengan penerbang Bob Freeberg, kopilot Opsir Udara III Makmur Suhodo dan jumping master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah, Tjilik Riwut yang asli Kalimantan bertindak sebagai penunjuk ke arah titik penerjunan.  

 

Akhirnya hanya 13 prajurit yang melaksanakan penerjunan, karena satu prajurit mengundurkan diri.   Semua prajurit berhasil mendarat dengan selamat dan bergerilya.   Setelah sebulan bergerilya,  3 prajurit gugur dalam pertempuran dan yang lainnya tertangkap Belanda.   Ketiga prajurit yang gugur adalah  Kapten Udara Anumerta Harri Hadisumantri, Letnan Udara II Anumerta Iskandar, dan Sersan Mayor Udara Anumerta Achmad Kosasih.

 

Operasi lintas udara yang pertama kali dilakukan oleh TNI pada tanggal 17 Oktober 1947 tersebut akhirnya diabadikan menjadi  hari jadi Pasukan Baret Jingga, yang sekarang bernama Pasukan Khas TNI AU.

 

Sejak tanggal 24 Maret 1999, korps Paskhas kembali memiliki Wing Paskhas, yang pada tahun 1985 telah dibubarkan.  KSAU Marsekal TNI Hanafie Asnan, yang meresmikan mulai berlakunya Wing tersebut yaitu Wing I terdiri dari semua skadron Paskhas di wilayah barat (Skadron 461, 462, 465, Flight A Medan, Flight B Pekanbaru, Flight C Bogor, Flight D Pontianak), Wing II terdiri dari semua skadron paskhas di wilayah timur (skadron 463, 464, 466, Flight E Yogyakarta, Flight F Biak), dan Wing III sebagai Wing pendidikan/latihan yang terletak di pangkalan udara Sulaeman, Bandung.   Selain itu, juga dibentuk 2 detasemen, yaitu detasemen Bravo Paskhas sebagai pasukan elit Paskhas dengan markas di Bandung dan detasemen Kawal/Protokol Paskhas dengan markas di Jakarta.

 

Paskhasau dengan badge pasukan berwarna merah di lengan dan bertutup kepala baret warna Jingga serta emblemnya bertuliskan moto “Karmanye, Vadikaraste Mavalesu Kadacana” yang berartikan “melaksanakan tugas tanpa pamrih”. Motto yang agung dalam bekal menunaikan tugas.

2 tanggapan untuk “Sejarah Pasukan Baret Jingga

  1. saya bangga menjadi keluarga besar PASKHAS…
    Apalagi sebagai anggota pasti lebih bangga….
    Hidup PASKHAS AU

Tinggalkan Balasan ke tato mulyanto Batalkan balasan